Selasa, 15 Februari 2011

Distemper pada Anjing (Canine Distemper)


Distemper anjing atau canine distemper merupakan penyakit yang sangat menular pada anjing, ditandai dengan kenaikan suhu bifase, leukopenia, radang saluran pencernaan dan pernafasan dan sering diikuti oleh komplikasi berupa gangguan saraf pusat.

Etiologi
Distemper anjing disebabkan oleh virus RNA Paramyxovirus yang berukuran 150-300µm dengan nukleokapsid simetris dan berbungkus lipoprotein. Virus distemper terdiri atas 6 struktur protein yaitu nukleoprotein(N) dan 2 enzim (P dan L) pada nukleokapsidnya,juga membran protein (M) disebelah dalam dan 2 protein lagi (H dan F) pada bungkus lipoprotein sebelah luar. Pembungkus lipoprotein mudah dihancurkan oleh pelarut lemak yang menjadikan virus tidak menular lagi.
Semua bangsa dan umur anjing secara universal dapat menderita distemper. Anjing yang menderita distemper akut akan mengeluarkan virus dari ekskresi yang. Sekresi yang keluar dari alat pernafasan merupakan penyebar virus lewat udara yang paling sering terjadi. Virus distemper diluar induk semang tidak stabil dan akan segera mati.

Patogenesis
Penularan virus lewat udara (per inhalasi) menyebabkan infeksi ke dalam sel makrofag alat pernafasan. Virus mula-mula akan berkembang di dalam kelenjar getah bening terdekat. Dalam waktu 1 minggu virus menjalani replikasi dan menyebabkan viremia, yang selanjutnya virus tersebar ke berbagai organ limfoid,sumsum tulang dan lamina propria dari epitel. Apabila respon jaringan retikuloendotelial bagus,segera terbentuk antibodi yang cukup dan virus akan dinetralisasi hingga tubuh bebas dari virus. Sebaliknya kalau antibodi tidak terbentuk, virus menyebar cepat. Suhu tubuh saat itu akan naik , anoreksi, depresi dan sel-sel kelenjar di saluran pernafasan dan mata menghasilkan sekretnya secara berlebihan. Batuk, dispnoea, disertai suara cairan dari paru-paru segera terjadi. Rusaknya epitel saluran pencernaan menyrbabkan diare, muntah dan nafsu makan tertekan.


Gejala klinis
Gejala klinis distemper sangat bervariasi baik dalam durasinya maupum keseriusannya. Kenaikan suhu terjdi pada hari 1-3, diikuti penurunan selama beberapa hari kemudian naik lagi selama 1 minggu atau lebih. Saat awal kejadian segera akan diikuti dengan leukopenia dan limfopenia. Selanjutnya terjadi netrofilia selama beberapa minggu.
Gangguan pada saluran pernafasan berupa keluarnya leleran hidung kental, mukopurulen dan leleran mata yang menigkat (epifora) yang lama-lama juga bersifat mukopurulen .
Anjing akan tampak lesu, depresi, batuk-batuk, anoreksi dan mungkin diikuti diare dengan tinja yang berbau busuk. Telapak kaki akan mengeras krena kekurangan cairan (hardpad disease). Anjing yang terserang menunjukkan bau yang khas. Gejala dehidrasi sangat menonjol dan mungkin penderita mengalamimkematian dan gagal ginjal akibat dehidrasi yang sangat.
Penyakit distemper ini lama kelamaan daoat menyerang bagian saraf dan gejalanya berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Anjing tidak mampu mengontrol mikturisi (pengeluaran kemih). Pada stadium terminal, moribund, terlihat adanya kejang dengan bola mata mengalami nystagmus.

Diagnosa

Diagnosa didasarkan pada anamnesa,gejala klinis yang ditemukan dan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah, PCR, immunofluororesensi, isolasi virus, analisa ciran serebrospinal, serologi dan tes ELISA untuk antibodi spesifik distemper.

Diagnosa banding
- infeksi Adenovirus 2
- infeksi Bordetella broncoseptica
- mikoplasma
- toxoplasmosis
- koksidiosis
- cacingan
- hepatitis virus

Prognosa
Pada infeksi ringan, terutama pada anjing yang telah divaksin, prognosanya baik,sedang lainnya meragukan sampai infausta.

Terapi dan Pencegahan
1. Antibiotik
Pemberian antibiotik dimaksudkan untuk mengatasi teerjadinya infeksi sekunder. Antibiotik yang digunakan adalah antibiotik dengan broad spectrum.

2. Terapi cairan dan elektrolit
Untuk mengganti cairan yang hilang dan mengatasi dehidrasi akibat diare atau muntah.

3. Obat-obat sedativa dan anti konvulsi
Sedativa dan anti konvulsi di berikan bila anjing meninjukkan gejala sarafi.

4. Vaksinasi
Vaksin dengan vaksin hidup dapat memberikan imunitas yang cukup dan berdurasi lama asalkan prosedur penggunaan tersebut dipatuhi,misalnya berapa kali harus diulang sebelum vaksinasi booster tahunan.

5. Memberikan gizi yang baik  agar nutrisi yang diperlukan anjing dapat terpenuhi. Dengan terpenuhinya nutrisi maka kondisi tubuh dapat terjaga dan tidak mudah terserang penyakit.

6. Kontrol terhadap adanya endoparasit dan ektoparasit.
Menjaga kebersihan lingkunagan sekitar untuk menekan serandah mungkin penyebaran virus

Minggu, 13 Februari 2011

Jembrana Disease

Penyakit jembrana adalah penyakit yang yang menyerang sapi bali disebabkan oleh virus Familia Retroviridae, sub Familia Lentifiridae. Penyakit ini menyebabkan turunnya kekebalan tubuh sapi, bersifat ganas dan menular hanya pada sapi bali dan tidak bersifat zoonosis. Menyerang semua umur dan jenis kelamin sapi bali dan sapi bunting lebih peka  (49 % abortus)


Penularan melalui vektor lalat tabanus ribidus, jarum suntik tercemar

Masa inkubasi: sejak terinfeksi samapai timbulnya gejala klinis antara 4 s/d 12 hari.
Gejala Klinis Penyakit Jembrana :
  • lesu, nafsu makan menurun/tidak mau makan
  • demam tinggi 42 derajat celcius
  • pembengkakan kelenjar limfe (bahu, lutut, bawah telinga)
  • diare bercampur darah (kadang-kadang)
  • bersifat akut (mati tiba-tiba)
  • hipersalivasi, keluar cairan bening dari hidung
  • keringat darah (Gejala spesifik pada penyakit Jembrana)



Pencegahan : dengan vaksinasi Jembrana sebanyak 2 x setahun. vaksin kedua (booster) diberikan 1 bulan sejak vaksin pertama. Produk vaksin : JD Vet diproduksi oleh Pusvetma Surabaya

Tindakan pemberantasan di daerah tertular :
- pemberantasan vektor/lalat
- pengobatan suportif (antibiotik dan vitamin)
- isolasi ternak, pemusnahan (bakar dan kubur)
- pemotongan bersyarat